Ayo yang mau ke Roma, langsung aja....
Tertarik? langsung hubungi saya
"Try To Change"
Change is something must be done
Selasa, 10 April 2012
Sabtu, 07 April 2012
Senin, 30 Mei 2011
Atur makan Malem
Ternyata menuntut ilmu di sebuah pondok itu memerlukan trik yang bermacam-macam. Bagaimana tidak, kita di sana hidup sendiri tanpa orang tua. Oleh karena itu kebijaksanaan dalam mengatur waktu sangat diperlukan untuk beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan di pondok yang full 24 jam. Salah satunya mengatur makanan. Mengatur makanan yang dimaksudkan disini bukan agar tidak gendut, namun agar tidak B.A.B saat tengah malam. Anda tidak merasakan bagaimana takutnya di kamar mandi sendirian tengah malam. Pada saat santri lain tertidur lelap anda harus terpaksa melek untuk menunggu feces keluar. Belum lagi kalau mampet. Aduhhh. Suasananya seperti di film "Dunia Lain". Kita seperti tokoh utamanya yang sedang diuji mentalnya. Memang aku enggak pernah melihat hal-hal goib.
Sabtu, 28 Mei 2011
Kebiasaan Yang Diulang
Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papansasaran serta 100 buah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"
Jumat, 27 Mei 2011
The Important Of Time
Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN,
tanyaka pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu Pentingnya waktu SEBULAN,
tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya Waktu SEMINGGU,
tanyakan pada Editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM,
tanyakan pada kekasih yang menunggu
bertemu.
tanyaka pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu Pentingnya waktu SEBULAN,
tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya Waktu SEMINGGU,
tanyakan pada Editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM,
tanyakan pada kekasih yang menunggu
bertemu.
Mandi Pagi
Setelah beberapa minggu tinggal di abs (telah dijelaskan sebelumnya). Badan dan batinku merasa tersiksa. Di saat batin kangen sama orang tua, badan pun juga tersiksa karena pasti sebelum berangkat sekolah aku tidak sarapan. Hal tersebut dikarenakan antrian yang panjang di kamar mandi rayon itu. Buatku sih mending gak makan daripada gak mandi. hiiiiiiii.
Kami pun sekamar mencari inisiatif untuk menangkal dua permasalahan itu. setelah dirundingkan bersama, kami pun sepakat untuk membuat "markas" di kamar kami. Markas tersebut terbuat dari kasur yang bertumpuk-tumpuk dan ditutupi oleh satu kasur di bagian depan, atas, dan belakang. Awalnya memang terlihat aneh. kami menggunakan markas itu sebagai "tempat pelampiasan kesedihan". Jadi disana kami bebas mengeluarkan berapa pun air mata yang dipunyai. hehe. Tapi aku jarang masuk sana. Bukan dikarenakan tidak sedih atau sudah biasa. Namun gara-gara markasnya sudah penuh. Gak ada tempat lagi. Ya sudah apa boleh buat.
Satu masalah pun terselesaikan. Kini tinggal satu masalah yang menghadang yaitu badan.
Kami pun sekamar mencari inisiatif untuk menangkal dua permasalahan itu. setelah dirundingkan bersama, kami pun sepakat untuk membuat "markas" di kamar kami. Markas tersebut terbuat dari kasur yang bertumpuk-tumpuk dan ditutupi oleh satu kasur di bagian depan, atas, dan belakang. Awalnya memang terlihat aneh. kami menggunakan markas itu sebagai "tempat pelampiasan kesedihan". Jadi disana kami bebas mengeluarkan berapa pun air mata yang dipunyai. hehe. Tapi aku jarang masuk sana. Bukan dikarenakan tidak sedih atau sudah biasa. Namun gara-gara markasnya sudah penuh. Gak ada tempat lagi. Ya sudah apa boleh buat.
Satu masalah pun terselesaikan. Kini tinggal satu masalah yang menghadang yaitu badan.
Cara mengetahui nama seseorang
Awal masuk assalaam, pandanganku dikejutkan oleh banyaknya santri dan wali santri yang memenuhi wilayah kekuasaan abs (Assalaam Boarding School, ada juga yang mengartikannya Assalaam Boring School). Aku pun segera melihat daftar penghuni kamar dr kamar 1-21. Lumayan banyak kan??Soalnya itu rayon 3 baru dibangun, dan angkatan kami pun menjadi penghuni pertamanya. Suatukehormatan untuk menjadi penghuni pertama.hehe.
Saat melihat daftar penghuni kamar 17, batinku berkata "wong kalimantan kabeh rek, sing ra kalimantan gor 2 tok.ahhh". Orang yang bukan kalimantan sebetulnya 2, aku ama Ridho. Tapi dia lahir di Kalimantan, jadi orang yang ga ada sangkut-pautnya ma Kalimantan cuma aku. Yo wes, gpp lah. Awal-awal aku hanya sering menyendiri karena perihal bahasa. Memang pada saat itu bagian bahasa belum terlalu aktif pada santri kelas 1. Pake bahasa apa aja masih aman. Aku pun mencari insiatif untuk mencari teman dengan cara yang aku sebut "Liat Kerah Belakang".
Saat melihat daftar penghuni kamar 17, batinku berkata "wong kalimantan kabeh rek, sing ra kalimantan gor 2 tok.ahhh". Orang yang bukan kalimantan sebetulnya 2, aku ama Ridho. Tapi dia lahir di Kalimantan, jadi orang yang ga ada sangkut-pautnya ma Kalimantan cuma aku. Yo wes, gpp lah. Awal-awal aku hanya sering menyendiri karena perihal bahasa. Memang pada saat itu bagian bahasa belum terlalu aktif pada santri kelas 1. Pake bahasa apa aja masih aman. Aku pun mencari insiatif untuk mencari teman dengan cara yang aku sebut "Liat Kerah Belakang".
Langganan:
Komentar (Atom)


